Ketika jarak menguji kesetiaan cinta
Dulu, dulu sekali ketika awal aku
mengenal mu, sejujurnya aku tidak sedikitpun merasa tertarik. Aku
mengganggap mu biasa saja, sejajar dengan teman-teman wanita ku yang
lain. Perasaan ku tak sedikitpun menempatkan mu dalam prioritas yang
lebih. Tidak sama sekali.
Meski saat itu aku tahu kamu
menyimpan perasaan pada ku, namun tak lantas aku luluh untuk memberi mu
tempat dihatiku, masih ku menikmati waktu dalam kesendirian ku, dan
rasanya saat itu aku belum terlalu memikirkan tentang perasaan hati.
Perhatian ku lebih tersita oleh akademik.
Aku tak tahu dengan pasti apa yang
menjadi daya tarik pada ku yang akhirnya menjerat mu untuk menyukai ku,
sama sekali aku tak mengerti. Bagi ku, tak ada bedanya aku dengan
laki-laki lain, sama saja. namun dengan keyakinan mu bahwa aku beda dari
yang lain sehingga membuat mu tak sedikitpun ragu mendekati ku.
Secarik kertas mendarat dipagi ku kala
itu, sepucuk surat berisi kata-kata manis terangkai indah, terselip
dengan rapi dicelah Koran pagi.
Hamparan langit cerahBertaburkan beribu bintang
Disinari sang purnama malam
Dedaunan menari dengan riang
Seirama cinta yang kurasa
Ku biarkan bayang mu
Merayapi malam bersama ku
Membawa kedamaian dalam sepi ku
Bersama deru angin
Seuntai harap bergejolak
Dalam getar rindu jiwaku
Hati ku berbisik lirih
Hanya kau yang ku damba
Dalam hidupku
“R”
Begitu unik cara mu mengungkapkan
perasaan mu, saat itu aku terbengong tak mengerti bagaimana menyikapi
sikap mu, dan aku hanya tersenyum membaca kata-kata mu yang terdengar
manis.
***
Entah, entah sejak kapan rasa cinta itu
mulai menyelundupkan rindu diam-diam dihatiku, tak bisa ku prediksi
tepatnya kapan, yang ku tahu pada akhirnya aku luluh akan perhatian mu,
dan tanpa ragu akupun melabuhkan seluruh cinta ku pada mu.
Kita resmi menjadi sepasang kekasih…
Dunia terasa indah, seketika waktu
melantunkan simphoni kecerian yang berbeda, serasa mengayunkan hati ku
pada debaraan-debaran kemesraan. Dan masih dengan kepolosan hati yang
pertama kali mencintai, aku melayang dalam denting waktu yang terjalin
mesra.
Ditengah nikmatnya aku meneguk madu
cinta, aku terpaksa meninggalkan mu untuk mengejar cita-cita dan masa
depaan ku. Kita merajut harap dalam jarak yang tak terukur, dalam rindu
yang terbingkai janji aku melangkah pergi. Melambaikan haru pada
perpisahan yang semu dan meninggalkan mu yang dibasuh air mata yang
keruh.
***
Sepucuk surat kau layangkan bersama
gemuruh rindu, ada asa dan harap yang kau sisipkan dalam penantian mu,
dan akupun mengerti sejatinya surat ini adalah isyarat tentang janji,
kau menagih janji ku untuk segera menuntaskan rindu kita dalam sebuah
gelaran pertemuan yang indah.
Perlahan aku merasa
Ada kebisuan disini,
Sejak kau hilang terbelenggu jarak
Sunyi…
Kekasihku,
Aku ingin kau disini,
Temani malam yang tak bertepi
Belailah resah ini
Dekaplah keraguan ini
Bersama rasa yang tak menentu
Dalam gelora rindu jiwaku
Aku membutuhkan dirimu
Ada satu harap yang selalu ku nanti
Kepergian mu untuk kembali
Dalam wujud mu yang utuh
Yang tak akan pernah berpaling
Hilang bersama waktu
“R”
Andai kamupun tahu, aku sudah tak
mampu memendung segala kerinduan ini, namun seandainya aku boleh
meminta, bersabarlah… perjalanan ini ku yakinkan pada mu, akan berakhir
dan bermuara kembali dalam kesabaran dan kesungguhan mu mencintaiku.
~I miss you~